RENUNGAN, SUAMIKU MILIK IBUNYA

Posted by

Berpuluh kali membaca cerita postingan ini, tidak akan bosan. Subhanallah.

ilustrasi
Pagi – pagi sekali, Zahra mengetuk pintu rumah ibunya. Ia mengendong anaknya dan membawa satu tas besar di tangan kanannya.
Dari matanya yang sembab dan merah, ibunya sudah tau kalau Zahra pasti habis bertengkar lagi dengan suaminya.
Meski heran, karena biasanya Zahra hanya sebatas menelpon sambil menangis jika bertengkar dengan suaminya. Ayah Zahra yang juga keheranan, segera menghampiri Zahra dan menanyakan masalahnya. Zahra mulai menceritakan awal pertengkarannya dengan suaminya tadi malam.

Zahra kecewa karena suaminya telah membohongi Zahra selama ini. Zahra menemukan buku rekening suaminya terjatuh didalam mobil. Zahra baru tahu, kalau suaminya selalu menarik sejumlah uang setiap bulan, di tanggal yang sama.
Sementara Zahra tahu, uang yang Zahra terima pun sejumlah uang yang sama.
Berarti sudah satu tahun lebih, suaminya membagi uangnya, setengah untuk Zahra, setengah lagi untuk yang lain. Jangan – jangan ada wanita lain.?
Ayah Zahra hanya menghela nafas, wajah bijaksananya tidak menampakkan rasa kaget ataupun marah.

“ Zahra….”
“ Yang pertama, langkahmu datang ke rumah ayah sudah dilaknat oleh Allah dan para malaikatNya, Karena meninggalkan rumah tanpa seizing suamimu ”.
Kalimat Ayahnya sontak membuat Zahra kebingungan. Zahra mengira ia akan mendapat dukungan dari Ayahnya.
“ Yang kedua, Mengenai uang suamimu, kamu tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang diberikan suamimu ketanganmu. Itu pun untuk kebutuhan rumah tangga. ”
“ Jika kamu membelanjakan uang itu tanpa seizing suamimu, meskipun itu untuk sedekah, itu tidak boleh. “
 
Lanjut ayahnya.
“ Zahra…, suamimu menelpon ayah dan mengatakan bahwa sebenarnya uang itu memang diberikan setiap bulan untuk seorang wanita. Suamimu tidak menceritakannya padamu, karena kamu tidak suka wanita itu sejak lama.”
“ Kamu sudah mengenalnya, dan kamu merasa setelah menikah dengan suamimu, maka hanya kamulah wanita yang memilikinya.”
“ Suamimu meminta maaf kepada ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena ayah pun sudah mengenal watakmu.” Mata ayahnya mulai berkaca – kaca.
“ Zahra…,”   
“ kamu harus tahu, setelah kamu menikah maka yang wajib kamu taati adalah suamimu.”
“Jika suamimu ridho padamu, maka Allah pun Ridho. Sedangkan suamimu, ia wajib taat kepada ibunya. Begitulah Allah mengatur laki-laki untuk taat kepada ibunya. Jangan sampai kamu menjadi penghalang bakti suamimu kepada ibundanya. "
" Suamimu, dan harta suamimu adalah milik ibu nya.” Ayahnya mengatakan itu dengan tangis. Air matanya semakin banyak membasahi pipinya.

Seorang ibu melahirkan anaknya dengan susah payah dan kesakitan.
• Kemudian ia membesarkannya hingga dewasa hingga anak laki-lakinya menikah, ia melepasnya begitu saja.
• Kemudian anak laki-laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya.
• Bekerja untuk keluarga barunya.
• Mengerahkan seluruh hidupnya untuk istri dan anak-anaknya.
• Anak laki-laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesekali berjumpa dengan ibunya. sebulan sekali, atau bahkan hanya satu tahun sekali.

"Kamu yang sejak awal menikah tidak suka dengan ibu mertuamu. Kenapa?”
Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur disana. Anak-anakmu pun tidak akan betah disana. Zahra.., mendengar ini ayah sakit sekali". "Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur di sana. Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal disana?"

"Uang itu diberikan untuk ibunya. Suamimu ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan.
Dari uang itu ibu suamimu hanya memakainya secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan ke anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu di kampungnya. Bahkan masih cukup untuk menggaji seorang guru ngaji di kampung itu" lanjut ayah.
Zahra membatin dalam hatinya, uang yang diberikan suaminya sering dikeluhkannya kurang. Karena Zahra butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput anak sekolah.
Zahra juga sangat menjaga penampilannya untuk merawat wajah dan tubuhnya di spa. Berjalan-jalan setiap minggu di mall. Juga berkumpul sesekali dengan teman-temannya di restoran.
Zahra menyesali sikapnya yang tak ingin dekat-dekat dengan mertuanya yang hanya seorang tukang gorengan.

Tukang gorengan yang berhasil :
• Menjadikan suaminya seorang sarjana,
• mendapatkan pekerjaan yang di idam - idamkan banyak orang.
• Berhasil mandiri, hingga Zahra bisa menempati rumah yang nyaman dan mobil yang bisa ia gunakan setiap hari.

"Ayaaah, maafkan Zahra", tangis Zahra meledak. Ibunda Zahra yang sejak tadi duduk di samping Zahra segera memeluk Zahra. “ Zahra…kembalilah ke rumah suamimu. Ia orang baik nak...Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu menggapai surganya, dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surge.”

Ibunda Zahra membisikkan kalimat itu ke telinga Zahra. Zahra hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Bathinnya sakit, menyesali sikapnya.
Zahra pun pulang menghadap suaminya dan sambil menangis memohon maaf kepada suaminya atas prasangka yg salah selama ini.

Di lain hari, Zahra pun mengikiti suaminya bersilaturahmi kepada ibu kandung suaminya alias mertua dirinya.
Suaminya meneteskan air mata menatap istrinya yg di tangan istrinya tertenteng 4 liter minyak goreng untuk mertuanya. Tetesan air mata suami bukan masalah jumlah liternya tapi karena perubahan istrinya yg senang dan nampak ihlas hendak datang kepada orang tuanya alias mertua istrinya. Seterusnya Zahra berjanji dalam hatinya, untuk menjadi istri yang taat pada suaminya.

Sesekali waktu, Zahra bukan mengajak suaminya ke Mall tapi minta anjangsana ke rumah mertuanya dan juga orang tuanya. Subhanallah....
Kirimkan Kisah ini ke semua sahabat Anda, siapa tahu ada orang yang mau mencoba dan mengambil manfaat dari kisah ini, sehingga anda pun akan mendapatkan pahala.
Insya Allah...

Semoga para istri tetap mendukung suaminya tuk berbakti pada ibunya.
*Semoga Alloh meridhoi kita aamiin*



ads by 300 x 250
Blog, Updated at: 10:37

0 comments:

Post a Comment