Hedonisme itu ringkasnya adalah faham yang
mementingkan kesukaan dan kemewahan dalam kehidupan tanpa menghiraukan
larangan agama dan tatasusila.
“Kalau pada saya diberikan seribu orang tua, saya
hanya dapat memindahkan gunung Semeru. Tapi kalau sepuluh pemuda
bersemangat diberikan kepada saya, maka seluruh dunia dapat saya
goncangkan!!……”
Tentunya kita sudah tak asing lagi dengan kata-kata tersebut.
Soekarno, sang proklamator bangsa ini pastinya tidak bermaksud
beretorika semata. Ada pesan yang ingin ia sampaikan bahwa generasi muda
adalah aset yang tak terperikan bagi peradaban. Pada mereka tersimpan
kemampuan luar biasa untuk mengubah mimpi dan asa menjadi sesuatu yang
nyata.
Pernyataan ini bisa dicari alasannya karena generasi muda memiliki
kecenderungan untuk bersikap antusias dalam menghadapi berbagai isu,
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan mereka
sehari-hari. Selain itu, idealisme yang terkandung dalam jiwa dan
pikiran generasi muda memungkinkan mereka untuk memainkan peranan
penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Pada dasarnya, generasi muda adalah manusia yang berusia antara lima
belas hingga tiga puluh tahun. Demikian pula dalam hal semangat dan
idealisme, generasi muda dikenal sebagai kelompok masyarakat yang
memiliki kreativitas dan gagasan-gagasan baru dalam memandang suatu
permasalahan. Mereka tidak terjebak dalam kejumudan berpikir dan tradisi
yang seringkali menjadi belenggu dalam kemajuan suatu bangsa.
Karenanya tak pelak bila sejarah awal berdirinya bangsa ini dihiasi
oleh nama-nama tokoh muda. Mulai dari Soekarno, Bung Hatta, Tan Malaka,
Soepomo, Sutan Syahrir, M.Natsir dan sederet nama lainnya yang telah
menorehkan tinta emas selama rentang hidup mereka.
Dalam dunia Islam pun, seorang Usamah bin Zaid telah menjadi teladan
bagi generasi muda. Pada usia 18 tahum, ia dipercaya Rasulullah untuk
menjadi pemimpin pasukan besar yang membawahi sahabat-sahabat Rasul yang
berusia jauh di atasnya.
Namun, seiring dengan jaman postmo yang kini melanda dunia, ada
bahaya yang mengintai generasi muda. Bahaya yang tidak lagi bersifat
laten, karena ia telah mewujud dalam keseharian. Hedonisme, demikian
’makhluk’ itu dikenal.
Hedonisme itu ringkasnya adalah faham yang mementingkan kesukaan dan
kemewahan dalam kehidupan tanpa menghiraukan larangan agama dan
tatasusila. Paham yang berakar dari tradisi filsafat Yunani ini, telah
melanda generasi muda pada taraf yang mengkhawatirkan. Banyak pemuda
yang akan menjadi pewaris ‘tahta’ peradaban, larut dan terjebak dalam
arus budaya hedonis.
Di antaranya, bagaimana budaya free sex menjadi mazhab baru
dalam pergaulan, keikut sertaan dalam geng motor menjadi sebuah
kebanggaan, pesta minuman keras yang seringkali berujung pada kematian,
dan berbagai contoh lainnya. Semuanya itu semakin menggerus harapan akan
kecermerlangan masa muda.
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada sebuah kesempatan
menyampaikan tentang perkembangan kehidupan masyarakat yang
membahayakan, sebagai dampak dari globalisasi. Di samping membawa
kebaikan, di sisi lain juga membawa serta nilai dan perilaku yang kurang
baik. Dampak negatif itu adalah budaya hedonisme atau keinginan untuk
mengejar kesenangan duniawi, menerapkan kebebasan tanpa batas, mencari
jalan pintas untuk mencapai tujuan.
Mantan Kepala Negara itu menambahkan, budaya hedonisme itu dekat
dengan kejahatan dan narkoba karena menganggap uang, materi dan
kesenangan hidup di atas segalanya. Sedangkan menerapkan kebebasan tanpa
batas, merupakan tindakan yang jauh dari nilai, kultur dan agama
manapun, karena mengganggu hak orang lain.
Mari, sejenak kita bertafakur. Sejauh mana masa muda dioptimalkan
untuk berkiprah positif bagi lingkungan atau ia hanya dihamburkan bagi
pemuasan instink semata. Ini tentunya menjadi tantangan bagi generasi
muda. Sebagaimana ungkapan dari Goenawan Mohamad bahwa hanya yang
mudalah yang berani menantang gelombang. Dan gelombang tersebut saat ini
berupa budaya hedonis yang makin menggila.
Karenanya, jangan cemarkan masa muda dengan terbuai lezatnya budaya
hedonis, tapi akhirnya menjadi seorang pecundang yang tak mampu
mengguncangkan dunia.
0 comments:
Post a Comment